Suatu sore yang sedikit mendung.
Di sebuah kamar
kos yang terlihat cukup lebar, seorang gadis cantik nampak sedang
terduduk di atas ranjang. Tangan kanannya nampak sedang meraba-raba
vaginanya sendiri yang permukaannya tertutupi oleh bulu-bulu tipis
berwarna hitam. Memang saat ini bagian bawah tubuh gadis tersebut tidak
tertutup apapun lagi, karena celana
pendek coklat maupun celana dalam putih polos yang semula dikenakannya
kini tergeletak di sampingnya. Sedangkan tangan kiri gadis tersebut juga
terlihat sibuk memilin-milin sendiri puting payudara kirinya. Tubuh
atas gadis tersebut memang saat ini masih terbalut kaos ketat berwarna
kuning, namun posisi bra putih yang dikenakakannya kini sudah bergeser
dari posisinya semula.Gadis cantik itu bernama Reisha. Ia berumur 19
tahun dan baru saja menginjak semester 3 di salah satu perguruan tinggi
yang cukup bonafit di kota tersebut. Saat ini Reisha memang sedang
dilanda birahi karena memang sebentar lagi dirinya akan mendekati masa
menstruasi. Masa-masa seperti ini bagi seorang gadis seperti Reisha
memang menjadi saat dimana libido sedang tinggi-tingginya. Sebagai
seorang jomblo, tentunya Reisha tidak memiliki pasangan yang bisa ia
ajak menyalurkan hasrat birahinya. Maka dari itu masturbasi pun menjadi
satu-satunya cara yang paling efektif sebagai penyaluran birahinya saat
ini.
Kedua mata Reisha
nampak terpejam mencoba untuk menghayati rabaan demi rabaan yang ia
lakukan sendiri pada tubuhnya. Sesekali desahan kecil terdengar dari
mulut gadis cantik tersebut, ketika rabaannya menyentuh puting dan
klitorisnya sendiri. Namun ketika semua usahanya ini hampir memperoleh”
hasil”, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan pintu kamar kos
Reisha.
“Tok… tok… tok…!”.
“Sial!”, runtuk Reisha di
dalam hati. “Kenapa mesti di saat seperti ini ada tamu yang datang ke
kosannya, benar-benar sial!”, runtuk gadis itu lagi.
“Tok… tok… tok…! Sha…!!”, suara ketokan di pintu kenbali terdengar, kini ditambah dengan suara teriakan seorang gadis.
“Sebentar…!”, teriak Reisha.
Dengan segera gadis cantik tersebut mengancingkan kembali kaitan branya dan mengenakan celana dalamnya.
“Ya, sebentar!”, teriak Reisha lagi sambil merapikan posisi celana pendek dan kaosnya.
Setelah
merapikan pakaian dan sedikit mengusap-usap wajahnya di depan cermin
yang terlihat sedikit memerah akibat menahan nafsu, gadis itu pun
kemudian membuka pintu.
“Haii… lama amat sih bukanya?”, di depan
pintu berdiri seorang gadis yang tak kalah cantik jika dibandingkan
dengan Reisha. Gadis itu seumuran dengan Reisha dan merupakan temen satu
kampusnya. Gadis itu bernama Shelvi.
“Eh iya, sorry tadi lagi di kamar mandi sih”, Reisha mencoba menutupi aktifitas yang tadi ia lakukan di dalam kamar.
Ternyata
Shelvi tidak sendiri. Di belakangnya berdiri seorang laki-laki
berperawakan tinggi dan berwajah tampan. Rambut laki-laki itu tercukur
rapi. Dari penampilannya terlihat ia cukup perlente. Mungkin ia adalah
pacar Shelvi, pikir Reisha dalam hati.
“O iya, ini Rico cowok gue”, Shelvi memperkenalkan laki-laki yang berada di belakangnya tersebut.
“Rico”, laki-laki itu kemudian menyodorkan tangan kanannya.
Reisha pun membalasnya, “Reisha”. Kedua tangan mereka pun saling berjabatan tangan.
“Kok tumben nih? Ada apa Vi?”, tanya Reisha kepada sahabatnya.
“Gue mau ngomong bentar ama lu dong”.
Reisha mengerutkan keningnya.
“Ric, lu tunggu di sini aja dulu ya”, Shelvi berucap ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki itu pun hanya mengangguk.
Lalu Shelvi menarik tangan Reisha untuk masuk ke dalam kamar kosnya. Di dalam mereka duduk di atas ranjang.
“Ada apa sih Vi?”, Reisha kembali mengulangi pertanyaannya.
Shelvi
menetakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, menandakan agar Reisha
menurunkan volume suaranya. Ia pun kemudian berbisik, “Gini Sha, gue mau
pinjem kamar lu bentar dong”.
“Ah? Buat apa?”, bisik Reisha penuh kecurigaan.
“Gue
mau gituan ama cowok gue”, Shelvi berkata sambil memberikan isyarat
tangan dengan memasukkan ibu jarinya diantara jari telunjuk dan jari
tengahnya.
Reisha benar-benar tersentak melihat isyarat tangan
sahabatnya tersebut. Tanda tersebut sering ia lihat setiap kali Shelvi
ingin menyamarkan kata “making love”. Bukan tanda itu yang mengejutkan
Reisha, karena ia tahu benar kalau memang sahabatnya ini sudah sering
melakukan perbuatan terlarang tersebut dengan pacar-pacarnya. Yang
membuatnya terkejut adalah kenapa ia memilih kamar kosnya ini untuk
berbuat mesum.
“Gila lu ya? Nggak boleh!”, bentak Reisha sambil tetap berbisik.
“Please Sha, gue udah nggak tahan nih, memiaw gue udah basah banget”.
“Ngapain lu nggak cari hotel aja?”.
“Nggak
sempet, ntar lagi cowok gue musti ke bandara, ini juga sama sekali
nggak direncanain kok tiba-tiba dateng gitu aja waktu dia grepein gue di
bioskop”.
“Aduh gimana ya?”, sebenarnya Reisha ingin mengatakan
tidak, namun melihat ekspresi wajah Shelvi yang begitu memelas ia pun
menjadi bingung harus memberi jawaban apa.
“Please Sha, cowok gue
cuma sehari ini aja bisa transit di sini, ntar malem dia musti keluar
kota lagi jadi waktu gue ama dia cuma bentar banget nih”.
“Kalau
ntar ada yang liat gimana? Kan gue malu juga tiba-tiba di kamar kos gue
ada cowoknya?”, tempat kos Reisha ini memang hanya menerima penghuni kos
wanita, sehingga aturan tentang menerima tamu laki-laki memang diatur
sedikit ketat.
“Sepi gini kok? Lagian gue nggak bakal lama kok, sueeer!!!”, Shelvi mengacungkan jari tengah dan jadi telunjuknya bersamaan.
Reisha tambah bingung mendengar kata-kata sahabatnya ini.
“Lu tu bener-bener gila tau nggak?”, ucap Reisha masih tetap berbisik.
“Please Sha, please…”.
Reisha kembali mengerutkan keningnya, menandakan kebingungan yang sedang melanda dirinya saat ini.
“Please Sha”, kembali Shelvi memelas.
“I… iya deh”, ucap Reisha ragu. Ia sendiri tidak tahu kenapa kata-kata persetujuan tersebut bisa keluar dari mulutnya.
“Thanks Sha, lu emang temen gue yang paling baik”.
Shelvi
langsung memonyongkan bibirnya hendak mencium sahabatnya ini, namun
dengan segera Reisha menghentikan perbuatannya tersebut. “Horny sih
horny, tapi lu jangan sosor gue kayak gitu dong!”.
“Hehehe… sorry abis kalo lagi horny gue emang suka lupa diri sih”.
“Trus
gue musti kemana dong?”, Reisha kembali bingung. Tentu saja ia harus
bingung, karena jika kamarnya sedang “dipakai” oleh sahabatnya ini
tentunya ia tidak bisa berada di tempat yang sama juga bersama mereka.
“Lu kemana kek, makan kek, nonton kek, nih gue kasi lu ongkos deh”.
Shelvi
mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan dari dompetnya.
Gadis cantik ini memang tergolong cukup beruntung untuk bidang keuangan.
Memiliki orang tua seorang pengusaha sukses tentunya membuat isi
dompetnya hampir tidak pernah kosong, bahkan kalau tidak boleh dibilang
berlebih.
“Hhhmm… kemana ya?”.
Reisha nampak mengerutkan dahinya.
Melihat
sahabatnya belum juga beranjak dari tempatnya, langsung saja Shelvi
mengajukan protes, “Udah ah lu pikirin sambil jalan aja! Dah kebelet
nih!”.
“Eh… iya… iya…”, Reisha langsung beranjak dari atas ranjang, disusul kemudian oleh Shelvi.
Mereka berdua kemudian melangkah menuju pintu.
“Ya
udah kalo gitu gue keluar bentar ya Vi”, Reisha melambaikan tangan ke
arah sahabatnya yang kini terlihat berdiri di depan pintu kamar kosnya.
“OK, ati-ati ya Sha”, Shelvi melempar sebuah senyum penuh makna, yang mana hanya mereka berdua yang mengerti.
Sebelum
beranjak, Reisha melempar senyum kecil juga ke arah laki-laki yang
diakui sebagai pacar oleh sahabatnya tersebut. Laki-laki itu pun
kemudian membalas dengan senyuman kecil pula. Lalu Reisha berjalan
menuju tempat parkir dimana semua sepeda motor para penghuni kos
terparkir
Setelah tiba di samping sepeda motornya, sekilas gadis
cantik itu menengok kembali ke arah kamar kosnya. Tidak terlihat lagi
Shelvi dan cowoknya disana. Bahkan kini pintu kamar kosnya sudah
tertutup rapat. Shelvi memang pernah bercerita tentang cowok barunya,
namun ia belum bertemu dengan pacar baru sahabatnya tersebut secara
langsung. Apakah cowok ini yang dimaksud oleh sahabatnya tersebut? Ia
sama sekali tidak tahu.
Hampir beberapa menit Reisha berdiri
disamping sepeda motornya. Mengetahui kalau saat ini mungkin sahabatnya
sedang bercinta di dalam kamar kosnya, justru membuat gairah di dalam
dirinya yang tadi sempat muncul kini kembali bergejolak. Tak terasa
vaginanya kembali berdenyut-denyut dan payudaranya terasa mengeras
seperti yang ia alami beberapa menit yang lalu ketika melakukan
masturbasi. Tiba-tiba di saat itu pula di dalam otak gadis cantik itu
terbersit sebuah ide gila untuk mengintip kegiatan sahabatnya tersebut
di dalam kamar. Tidak etis memang mengintip sahabat sendiri yang sedang
bercinta, namun gejolak nafsu Reisha yang sudah tidak bisa tertahan lagi
menghilangkan semua pikiran waras di dalam otaknya.
“Sha, lu
nggak boleh ngelakuin itu, itu sama aja lu itu mempermalukan sahabat lu
sendiri!”, suara kata hati malaikat di dalam diri Reisha
berteriak-teriak di telinga kanannya.
“Halah… liat dikit emang
kenapa? Itu juga kan kamar lu Sha? Siapa suruh ngent*t di kamar orang!”,
di saat yang sama suara kata hati iblis di dalam dirinya pun juga tidak
mau kalah terdengar menggema di telinga kirinya.
“Tetep nggak boleh Sha, lu harus menghargai privasi orang dong!”.
“Tai kucing tuh privasi! Sedeng asyik ngent*t gitu paling juga mereka nggak bakal sadar lu intipin Sha!”.
“Nggak boleh!”.
“Boleh!”.
Nggak bisa!”.
“Bisa!”.
Suara
hati malaikat dan iblis kini terus menggema di dalam kepada Reisha,
seakan-akan mencoba memberikan “nasehat” jalan terbaik yang harus ia
lakukan saat ini.
“Udah… udah… udah… pada bisa diem nggak sih?”,
Reisha menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berteriak di dalam
batinnya. Kepalanya terasa mau pecah mendengar kata hatinya sendiri yang
terus berteriak-teriak di dalam kepalanya secara bergantian. Setelah
suara-suara itu tidak terdengar lagi di kepalanya, Reisha menarik
nafasnya panjang dan berdiam diri sesaat. Akhirnya gadis cantik itu pun
memilih untuk mengendap-endap menuju kamar kosnya sendiri. Saat ini sisi
iblis Reisha pastilah sedang tertawa lantang penuh kemenangan.
Jika
saja ada yang melihat Reisha sedang berjalan mengendap-endap menuju
kamar kosnya sendiri seperti saat ini, tentu akan menimbulkan tanda
tanya dan kecurigaan. Bersyukur sore ini tempat kos Reisha nampak begitu
sepi, karena memang diakhir pekan rata-rata penghuni kos kembali ke
rumah mereka masing-masing untuk bersua dengan keluarga. Sedangkan untuk
penghuni kos yang tidak kembali ke rumah seperti Reisha kini sebagian
besar sedang melaksanakan aktifitas mereka masing-masing di luar kosan.
Reisha sendiri masih berada di kosannya karena kebetulan siang tadi ia
harus mengambil kuliah tambahan sehingga akhirnya memilih tetap tinggal
di kosan.
Di depan jendela kamarnya, Reisha mencoba mencari celah
yang terbuka diantara tirai yang tertutup. Memang ada sedikit celah
yang tersisa, namun tidak cukup lebar untuk bisa melihat apa yang
terjadi di dalam. Beberapa kali dari dalam kamar terdengar tawa
cekikikan kecil dan suara desahan manja. Suara tawa itu pastilah suara
Shelvi bersama pacarnya. Reisha masih terus berusha mendongak-dongakkan
kepalanya di depan jendela, sampai tiba-tiba…“Duaar!!!”, tirai penutup
jendela tersebut tersibak dan muncullah wajah Shelvi dari balik jendela.
Wajah Reisha langsung terlihat merah padam karena ketahuan mengintip.
Belum
hilang rasa terkejut Reisha, dengan santainya Shelvi menutup kembali
tirai tersebut dan kemudian gadis cantik itu keluar dari kamar dengan
tubuh hanya berbalut handuk hijau milik Reisha.
“Daripada lu ngintipin gue, mending lu gabung aja”.
Reisha begitu tersentak mendengar kata-kata sahabatnya tersebut. Saat ini ia merasa seperti tersambar petir puluhan ribu volt.
“Vi, nggak! Jangan!”, Reisha berusaha bertahan ketika Shelvi menarik tangan kanannya untuk mengajaknya masuk ke dalam kamar.
“Udah… hayo!”.
“Nggak Vi!”.
“Hayo dong…!”, Shelvi terus memaksa.
Setelah
cukup lama saling menarik tangan masing-masing akhirnya Reisha pun
tidak kuat lagi melawan tarikan sahabatnya itu. Ia pun tertarik masuk ke
dalam kamar.
“Aaakkhh…!”, begitu masuk ke dalam kamar Reisha langsung berteriak dan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
Bagaimana
tidak berteriak. Di atas ranjangnya kini terlihat seorang laki-laki
sedang terduduk santai dengan hanya mengenakan kaos tanpa tambahan
apapun lagi sebagai penutup bagian bawah tubuhnya. Di bagian
selangkangan laki-laki tersebut mengacung tegak sebuah batang yang
berukuran sangat besar.
“Halah, gaya lu tu kayak baru pertama
kali aja ngeliat tongkol hehe…”, Shelvi dengan santainya berkata seronok
kepada sahabatnya tersebut setelah menutup pintu kamar.
Wajah
Reisha semakin memerah mendengar kata-kata Shelvi tersebut. Memang benar
apa yang dikatakan sahabatnya ini, karena penis bukanlah hal asing bagi
mereka berdua. Namun dalam hal ini jelas berbeda. Laki-laki yang kini
terbaring di ranjangnya jelas-jelas baru saat ini ia jumpai untuk
pertama kalinya. Tentu akan sangat aneh apabila tiba-tiba saja di saat
itu juga ia harus melihat penis laki-laki yang baru saja ia kenal
tersebut.
Shelvi dengan santainya berjalan mendekati ranjang
kemudian naik ke atasnya. Ia lalu mencium bibir laki-laki tersebut
sambil memeluknya.
“Ric, Reisha mau gabung bareng kita nih, boleh ya?”.
Laki-laki itu hanya tersenyum kecil, “Boleh kok”.
Shelvi
membalas dengan senyuman pula. Dikecupnya sekali lagi bibir pacarnya
tersebut, kemudian beranjak turun dari ranjang dan kembali mendekati
Reisha. Reisha sendiri masih terlihat berdiri mematung dengan ekspresi
penuh kehampaan.
“”Ayo dong!”, kembali Shelvi menyeret tangan Reisha mendekat menuju ranjang.
“Nggak Vi, gue nggak mau”.
“Halah, jangan malu-malu gitu ah! Norak tau…”.
“Nggak Vi, bener gue nggak bisa”, Reisha terus berusaha bertahan.
Shelvi
pun akhirnya hanya melengos dan melepaskan tangan Reisha setelah tidak
mampu memaksa kembali sahabatnya tersebut untuk mendekati ranjang.
“Ya udah, kalo gitu lu disini aja”.
Shelvi
kembali berjalan menuju ranjang. Sebelum naik ke atas ranjang ia
melepaskan handuk yang melilit tubuhnya. Terlihatlah kini tubuh sintal
itu hanya terbalut celana dalam putih beraksen garis-garis pink. Rupanya
sebelum memergoki Reisha tadi, mereka berdua sudah sempat melepaskan
beberapa lembar pakaian yang mereka kenakan. Pakaian-pakaian tersebut
kini ada yang tergeletak di atas ranjang ataupun di lantai kamar. Gadis
cantik itu lalu merangkak naik ke atas ranjang dan kembali memeluk tubuh
pacarnya.
“Lanjut yuk!”.
Mereka berdua pun berciuman
panas sambil beradu lidah. Tangan Rico pun dengan cekatan meremas-remas
payudara montok Shelvi. Keduanya begitu menikmati percumbuan mereka
seolah-olah di dalam kamar hanya ada mereka berdua, tanpa memperdulikan
kehadiran Reisha di sana. Tak hanya meremas, kini puting payudara kanan
Shelvi sudah berada sepenuhnya di dalam kuluman Rico. Shelvi pun
akhirnya terpaksa remas-remas sendiri payudara kirinya karena tangan
Rico saat ini sibuk mengobok-obok selangkangannya yang masih tertutupi
celana dalam. Selangkangan yang sebelumnya telah basah itu pun kini
nampak semakin basah.
“Aaahh… oooh…”, Shelvi sengaja mendesah
sesensual mungkin sambil menatap ke arah Reisha yang masih berdiri di
dekat pintu. “Ooohh… aaah…”, kini Shelvi memasang ekspresi wajah penuh
kenikmatan seolah-olah menikmati betul kuluman di payudaranya dan
permainan tangan Rico di selangkangannya. Shelvi tersenyum kecil ketika
melihat Reisha yang sudah mulai nampak berdiri gelisah sambil
menggesek-gesekkan kedua pahanya.
“Ntar Ric, gue mau ngelepas CD dulu nih”.
Rico pun menghentikan remasan tangannya, namun tidak kuluman mulutnya.
“Udah
dong, berhenti bentar aja”, Shelvi berusaha melepaskan kuluman Rico di
payudaranya yang sudah terlihat dipenuhi beberapa bercak-bercak merah.
Rico
pun menurut, namun bukan berarti payudara montok itu bisa terbebas
begitu saja. Di saat Shelvi berusaha melorotkan celana dalam yang
dikenakannya, remasan tangan kanan Rico masih tetap bertengger di
gundukan daging kenyal tersebut.
“Udah!”, ucap Shelvi setelah
meletakkan kain mungil penutup selangkannya tersebut di sampingnya.
Gadis cantik itu pun kini yang ganti angresif memeluk tubuh Rico dan
mencium bibir laki-laki tersebut dengan ganas. Tak hanya itu kini
jari-jari mungil Shelvi juga secara bersamaan dengan telaten
mengocok-ocok batang penis Rico yang telah menegang.
Shelvi
memang sengaja mengatur posisi tubuhnya agar menghadap ke arah Reisha.
Sambil berciuman dan bermain lidah, Shelvi tetap intens sesekali melirik
ke arah sahabatnya tersebut. Kini Reisha sudah tidak mampu lagi
menutupi gairah birahi yang menyerangnya akibat melihat live show yang
terjadi di hadapannya. Tangan Reisha mulai bergerak merabai dadanya
sendiri, sambil tetap menggesek-gesekkan kedua pahanya. Senyum Shelvi
pun semakin lebar karena berhasil memancing gairah Reisha.
“Ric, lu ML ama Reisha dulu ya, ntar baru ama gue”, bisik Shelvi di telinga pacarnya.
“Dia kan tadi udah nggak mau Vi?”, sahut Rico ditengah remasan tangannya di payudara pacarnya tersebut.
“Udah, ntar gue yang ngatur deh”.
“Emang lu nggak cemburu Vi, gue ML ama temen lu?”.
“Nggaklah, kan gue yang nyuruh, lagian itung-itung sekalian gue ngasi bonus ke lu juga ke Reisha”.
“OK deh, asal lu nggak apa-apa aja”.
Shelvi
pun membuka kaos Rico sehingga kini mereka berdua pun telah benar-benar
dalam keadaan telanjang. Kemudian setelah mencium bibir pacarnya
tersebut, Shelvi pun beranjak turun dari ranjang dan kembali menghampiri
Reisha. Rico sendiri terlihat mengambil posisi terbaring santai di atas
ranjang sambil menatap langit-langit kamar.
“Sha, ayo dong kita bareng yuk”.
“Nggak Vi”, kembali Reisha menolak.
“Ayo dong, gue tau lu sekarang udah horny kan?”, desak Shelvi lagi.
“Gue malu Vi”.
“Napa musti malu? Kan ada gue disini?”.
“Iya sih…”.
“Sha, gue tau lu udah lama banget nggak ML sejak lu putus ama cowok lu, gue cuma mau bantu lu nyalurin birahi lu”.
“Tapi itu kan cowok lu Vi?”.
“Halah,
lu nggak enak ama gue? Kan gue yang nyuruh lu? Cowok gue juga
asyik-asyik aja kok, lagian kucing mana sih yang nolak kalo di kasi
ikan? Hehe”.
Reisha tidak tahu harus berkata apa lagi. Apa yang
dikatakan Shelvi tadi memang benar adanya. Sudah hampir setahun ia tidak
lagi bisa merasakan hangatnya persetubuhan. Apalagi kini mendekati
tanggal-tanggal krusial menjelang menstruasi, dimana gairah dan hormon
kewanitaannya mulai memuncak tak terkendali. Ingin sekali rasanya ia
melepaskan semua beban birahi di dalam dirinya ini dengan bercinta
bersama seorang laki-laki. Tapi kalau dia harus menyalurkannya dengan
cara bersetubuh bersama pacar sahabat baiknya sendiri, hal ini tentu
sesuatu yang benar-benar di luar akal sehat. Namun di sisi lain,
bukankah justru sahabat baiknya inilah yang memintanya untuk melakukan
persetubuhan? Jadi siapakah sebenarnya yang gila dalam hal ini?
“Ayo Sha…”, Shelvi menarik tangan Reisha dan kali ini gadis cantik itu nampak tidak melakukan perlawanan lagi.
Ketika
kedua gadis itu berdiri di pinggir ranjang, Rico hanya tersenyum kecil
ke arah Reisha. Di dalam hati kecilnya, laki-laki tersebut cukup
mengagumi kecantikan dan keindahan tubuh Reisha. Dalam hal ini tentu ia
sangat mensyukuri karena bisa memacari Shelvi yang memiliki fantasi
sensual yang liar, sehingga sebentar lagi mungkin ia akan segera bisa
menikmati tubuh sahabat pacarnya ini tanpa perlu melakukan
perselingkuhan di belakang pacarnya.
“Ric, lu rangsang dikit Reisha gih!”.
Rico
pun berdiri dan mendekati Reisha. Tubuh Reisha terlihat bergetar ketika
seorang laki-laki dalam keadaan telanjang bulat kini berlahan
mendekatinya. Reisha sempat melirik nakal ke arah batang penis Rico.
Batang tegang itu terlihat sangat besar untuk membuatnya bergidik dan
membuat selangkangannya terasa senut-senut. Ia tidak bisa membayangkan
rasa sakit yang akan menyerangnya jika batang besar itu harus masuk ke
dalam dirinya.
“Vi…”, Reisha memegang tangan sahabatnya, ketika Rico semakin mendekat.
“Udah, anggep aja Rico itu cowok lu”.
“Tapi Vi…”, belum sempat Reisha melanjutkan kata-katanya Rico sudah keburu memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya.
Reisha
pun gelagapan dibuatnya, walaupun ia sama sekali tidak menolak bibir
Rico yang kini terus menyerang bibirnya. Awalnya Reisha terlihat kikuk,
namun beberapa saat kemudian ia pun mulai membalas pagutan bibir Rico.
Apalagi ketika kemudian gadis cantik itu merasakan sentuhan lembur
Shelvi di pundaknya, Reisha pun tidak malu lagi membalas permainan lidah
Rico di mulutnya. Reisha yang memang sejak semula telah terbakar nafsu
birahi membuat Rico tidak perlu terlalu bekerja keras untuk
membangkitkan sisi liar gadis cantik tersebut.
Shelvi sendiri
kini masih berdiri di belakang Reisha sambil meremas-remas payudara
sahabatnya tersebut dari balik kaos. Kemudian dengan cekatan kedua
tangan gadis tersebut masuk ke dalam kaos Reisha. Berlahan jari-jari
Shelvi bergerak membuka kaitan bra berwarna putih tanpa renda yang
dikenakan sahabatnya. Kini remasan tangan Shelvi pun dapat langsung
merasakan kelembutan dan kekenyalan payudara Reisha.
Diserang
dari dua arah seperti ini membuat Reisha kian melambung. “Aaah… oooh…!”,
cuma lenguhan dan desahan yang keluar dari mulut gadis cantik tersebut,
ditengah lumatan bibir Rico.
Saking terbelenggunya oleh nafsu
membuat Reisha sama sekali tidak melawan ketika Rico menggiringnya
berbaring di ranjang. Bahkan saking terbuainya oleh cumbuan pacar
sahabatnya tersebut, Reisha sama sekali tidak menyadari kalau kini tubuh
atasnya saat ini sudah sama sekali tidak tertutup apapun. Shelvi
melemparkan kaos berikut dengan bra milik Reisha sehingga kedua potong
pakaian tersebut kini tergeletak di lantai. Hal ini membuat Rico menjadi
leluasa mengulum dan menghisap kedua payudara milik Reisha. Payudara
gadis cantik itu memang tidaklah terlalu besar, tidak sebesar milik
Shelvi, namun ukurannya pas untuk tubuhnya yang berukuran cukup mungil.
Ketika
kedua payudara Reisha kini sepenuhnya berada di dalam “kekuasaan” Rico,
maka bibir lembut gadis cantik itu pun kini berganti menjadi milik
Shelvi. Kedua gadis cantik tersebut terlihat begitu eksotis ketika
saling mengulum, menjilat dan bertukar air liur. Mereka berdua
sesungguhnya bukanlah lesbian, namun desakan birahi yang kini menguasai
kedua gadis tersebut membuat mereka lupa kalau mereka sesungguhnya
adalah makhluk sejenis.
Ketika kedua gadis itu terlihat asyik
saling kulum dan saling jilat, di bawah sana ciuman Rico sudah merambat
turun sampai ke perut Reisha yang rata. Sambil tetap mencium pusar
Reisha, kedua tangan laki-laki tersebut terlihat memegang ujung celana
pendek gadis cantik tersebut. Sesaat kemudian celana pendek itu telah
melorot turun dan akhirnya terlepas. Rico kemudian menciumi kedua paha
mulus Reisha dan akhirnya ciuman tersebut bermuara di celana dalam putih
gadis tersebut yang sudah terasa basah. Kain mungil tipis menerawang
itulah yang kini hanya menjadi pembatas antara lidah Rico dengan vagina
Reisha.
“Hhhmm… hhmm…!”, hanya itu yang keluar dari mulut Reisha
yang kini sedang dicumbui oleh Shelvi. Gadis cantik itu harus beberapa
kali menggerakkan pantatnya menahan geli akibat permainan lidah Rico
yang beberapa kali menyentuh klitorisnya. Ini berarti celana dalam
Reisha sudah berhasil dienyahkan oleh laki-laki tersebut.
Reisha
benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Bibir dan payudaranya
terus menerus dipermainkan oleh Shelvi, sementara di saat yang bersamaan
vagina dan klitorisnya jura terus dipermainkan oleh Rico. Terasa sekali
kalau di bawah sana sudah semakin basah dan becek, sedangkan payudara
dan putingnya sendiri terasa demikian menegang. Permukaan kasar lidah
Rico begitu nikmat dirasakan Reisha ketika menari-menari bebas diantara
bulu-bulu tipis basah yang ada disana. Saat ini gadis cantik itu sudah
benar-benar melayang akibat gelora nafsu birahinya sendiri.
Melihat
Reisha yang sudah siap tempur, Rico lalu menghentikan jilatannya.
Laki-laki itu beranjak dari posisinya samping mengocok-ngocok batang
penisnya sendiri yang sudah semakin menegang. Laki-laki itu merasa
batang penisnya belum cukup tegang untuk memberikan kenikmatan kepada
dua orang gadis yang bersamanya saat ini. Ia pun menyuruh Shelvi
menghentika ciuman bibirnya dan lalu mengarahkan batang penisnya ke
dalam mulut Reisha yang masih terbaring pasrah. Kini batang penis
tersebut udah terkocok keluar masuk ke dalam mulut mungil Reisha. Reisha
nampak cukup gelagapan menerima kocokan penis besar Rico di dalam
mulutnya. Ujung penis laki-laki tersebut terasa beberapa kali menyentuh
kerongkongannya. Karena takut tersedak, gadis cantik itu pun memilih
untuk mengganti posisinya menjadi terduduk.
Posisi ketiga insan
yang sedang dimabuk birahi itu pun berganti. Kini Rico duduk di ujung
ranjang, dimana batang penisnya nampak sedang dijilati oleh dua orang
gadis cantik. Rico saat ini benar-benar merasa seperti seorang raja yang
sedang dilayani dengan penuh cinta oleh selir-selirnya. Ketika batang
penis itu amblas ke dalam mulut Reisha, Shelvi pun kemudian mencium
bibir Rico sambil merabai dada bidang pacarnya tersebut. Cukup lama
keduanya saling lumat, sebelum ciuman Shelvi mulai turun ke leher dan
dada Rico. Lalu Shelvi pun menyorongkan payudara kanannya ke mulut Rico
untuk dilumatnya. Rico pun dengan senang hati melumat dan menjilati
payudara montok milik pacarnya tersebut. Memang payudara Shelvi lebih
besar ukurannya dibandingkan milik Reisha, namun kedua payudara gadis
cantik tersebut sama-sama memiliki daya tarik mereka sendiri.
“Aaah…!”,
Shelvi mendesah pelan ketika Rico sedikit menggigit puting payudaranya,
setelah pacarnya tersebut kembali membuat beberapa cupangan dipemukaan
daging montok tersebut.
Kini terlihat kedua gadis itu telah
berganti posisi. Kini Shelvi yang nampak mengulum batang penis Rico
sedangkan Reisha bergantian mencumbu bibir dan dada Rico. Laki-laki
tersebut benar-benar tidak percaya kalau Reisha ternyata begitu liar
ketika terbakar birahi. Jika dilihat sekilas tadi, dari segi penampilan
luar semula Rico melihat Reisha seperti seorang gadis lugu dan polos.
Sama sekali tidak terlintas di benaknya tadi kalau gadis cantik, sahabat
pacarnya ini pernah memiliki pengalaman bercinta sebelumnya. Namun kini
Rico begitu terbuai dengan permainan Reisha yang tak kalah
menggairahkan dengan permainan cinta pacarnya, Shelvi.
“Ooohh… ooohh…”, Rico hanya bisa mendesah penuh kenikmatan mendapatkan pelayanan dari kedua gadis cantik tersebut.
“Ric,
mulai masukin ya? Udah tegang banget nih”, Shelvi menghentikan kuluman
dan kemudian memelas ke pacarnya untuk mulai melakukan penetrasi.
“OK deh, siapa duluan nih?”.
“Reisha aja deh”.
Reisha
sama sekali tidak berkomentar mendengar percakapan pasangan kekasih
tersebut. Yang dia tahu saat ini dirinya memang sangat ingin segera
disetubuhi, entah duluan atau belakangan sama sekali tidak masalah
baginya.
Rico pun menuruti kata-kata pacarnya. Laki-laki itu pun
membaringkan tubuh Reisha di ranjang dan kemudian membuka kedua paha
gadis tersebut lebar-lebar. Sejenak Rico menelan ludah. Di hadapannya
kini terpampang indah sebuah vagina gadis muda yang begitu mempesona.
Entah berapa penis yang pernah memasuki lubang kenikmatan tersebut, Rico
sama sekali tidak ambil pusing. Yang jelas sebentar lagi batang
penisnya akan bisa menikmati vagina ranum milik sahabat pacarnya
tersebut. Wajah Reisha terlihat memerah karena malu melihat tatapan
nanar Rico ke arah vaginanya.
Tak sabaran merasakan nikmatnya
vagina Reisha, dengan segera Rico menghujamkan batang penisnya ke dalam
lubang kenikmatan tersebut.
“Aaaahhh…!!”, baik Rico maupun Reisha memiawik penuh kenikmatan.
Rico
merasakan sensasi kenikmatan yang dasyat ketika memasukkan batang
penisnya ke dalam vagina Reisha. Memasukkan penis ke dalam vagina
seorang gadis yang belum pernah kita setubuhi sebelumnya memang selalu
membawa sensasi tersendiri. Begitu pula dengan Reisha, yang memang sudah
sekian lama tidak dapat lagi merasakan hujaman penis di dalam
vaginanya. Lesakan penis Rico terasa seperti siraman air ditengah
kegersangan hidupnya selama ini. Rico pun tak membuang-membuang waktu
untuk secepatnya menghujam-hujamkan batang penisnya. Batang penis Rico
mengocok vagina Reisha dengan kencang, sedangkan Reisaha sendiri
terlihat begitu menikmati kocokan tersebut.
Shelvi yang harus
menunggu giliran untuk disetubuhi, terlihat mencium bibir Reisha yang
kini terguncang-guncang hebat. Shelvi juga meraba-raba payudara Reisha
yang nampak terguncang tak kalah hebat.
“Gimana Sha? Enak?”, bisik Shelvi nakal di telinga sahabatnya.
“Aaah… e… enak Vi”, ucap Reisha gemetar.
“Nikmat kan tongkol cowok gue? Hehe”.
“I… iya”.
Shelvi
tersenyum kecil mendengar kata-kata Reisha. Gadis itu pun lalu melumat
payudara Reisha sambil tangannya merabai klitoris sahabatnya, membantu
Rico yang semakin gencar menghujam-hujamkan batang penisnya.
“Vi lu nunging gih, giliran lu yang gue ent*t sekarang”.
Shelvi
pun menurut. Ia lalu mengambil posisi nunging di samping Reisha yang
terbaring terlentang. Rico lalu mencabut batang penisnya dari dalam
vagina Reisha dan ganti memasukkannya ke dalam vagina pacarnya.
“Aaakkhh…!”, Shelvi melenguh kencang. Gadis itu memejamkan matanya sambil meremas erat sprei.
Batang
penis Rico yang langsung menghujam kencang ke dalam vaginanya cukup
memberikan rasa sakit yang luar biasa. Tapi di satu sisi sensasi yang
ditimbulkan antara campuran rasa sakit dan kenikmatan justru semakin
membangkitkan birahinya. Lubang kenikmatan yang semula sempat mengering,
kini mulai basah kembali dialiri cairan cinta. Ditengah genjotan Rico,
Shelvi menggigit bibirnya. Gadis itu begitu merindukan genjotan penis
besar pacarnya ini. Hampir dua minggu lamanya mereka harus berpisah
karena Rico harus tugas ke luar daerah. Kali ini pun mereka hanya bisa
bertemu sehari sebelum malam nanti Rico harus berangkat kembali ke
tempat tugasnya.
Ketika Shelvi mendapat giliran disetubuhi,
Reisha giliran merabai tubuh Shelvi. Payudara, paha, pinggang dan
bagian-bagian tubuh sensitif lainnya secara bergiliran menerima rabaan
dan sentuhan Reisha. Bahkan tidak hanya menyentuh, Reisha juga menciumi
dan menjilati sekujur tubuh Shelvi, guna membantu sahabatnya ini
menikmati persetubuhan yang kini ia lakukan bersama pacarnya.
“Giliran lu lagi Sha”, ucap Rico ditengah genjotannya di vagina Shelvi.
Seperti
layaknya Shelvi tadi, Reisha pun begitu saja menuruti kata-kata Rico.
Apakah ini bertanda kalau kedua gadis cantik tersebut telah sepenuhnya
ditaklukkan oleh Rico dengan kocokan penis besar dan panjangnya? Mungkin
saja, karena kedua gadis cantik itu terlihat bak budak seks yang sedang
melayani majikannya. Kini Reisha pun menungging di samping Shelvi,
seakan-akan menyerahkan sepenuhnya vaginanya untuk pacar sahabatnya
tersebut. Rico meremas-remas pantat sekal Reisha sebelum melepaskan
penisnya dari dalam vagina Shelvi.
“Aaakhh…”, kini penis Rico kembali menghujam-hujam kencang ke dalam vagina Reisha.
Shelvi
pun kembali mencium bibir Rico sambil merabai lembut tubuh pacarnya
tersebut. Rico pun harus membagi konsentrasi antara menggenjoti vagina
Reisha dengan permainan lidah Shelvi di dalam mulutnya. Keduanya
memberikan sensasi kenikmatan tersendiri bagi Rico.
Gaya doggie
ini tidak berlangsung lama karena Shelvi menyuruh Reisha untuk mengambil
posisi woman on top. Kini Rico berbaring di atas ranjang, dimana Reisha
berada di atas tubuhnya dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Hal ini
membuat batang penis Rico yang menancap di dalam vagina Reisha terasa
terjepit dengan kencang. Posisi seperti ini memudahkan Shelvi untuk
bergantian mengulum bibir Rico maupun Reisha. Tak hanya bibir mereka,
Shelvi juga bergantian menjilati dada keduanya. Sambil bergoyang kini
Reisha pun harus membagi konsentrasi antara kuluman bibir Shelvi dan
remasan tangan Rico di kedua payudaranya.
“Hhhmm… hhmmm…
hhhmmm…”, desahan tertahan keluar dari kedua mulut gadis cantik tersebut
yang kini terlihat masih berciuman panas. Sedangkan Rico ditengah dera
rasa nikmat akibat jepitan vagina Reisha, terlihat begitu kagum melihat
pemandangan dua gadis cantik yang kini sedang bercumbu ria di
hadapannya. Sungguh fenomena yang sangat eksotis dan indah.
Ketika
tiba giliran kembali untuk berganti posisi, Shelvi pun agaknya memilih
untuk menggunakan gaya woman on top juga. Begitu batang penis tersebut
terlepas dari vagina Reisha, Shelvi langsung memasukkannya ke dalam
mulutnya. Cairan cinta Reisha begitu terasa di lidahnya ketika Shelvi
mengulum dan mengocok batang penis Rico dengan mulutnya. Sedangkan
Reisha hanya meremas-remas pantat sekal Shelvi.
Kemudian Shelvi
mengambil posisi mengangkang diatas tubuh pacarnya. Sejenak gadis manis
itu mengatur posisi penis Rico, agar pas ketika terhujam nanti. Setelah
merasa pas Shelvi pun menurunkan tubuhnya dan batang penis itu pun
menghujam kencang masuk ke dalam duburnya. Shelvi memang tidak
mengarahkan batang penis Rico ke dalam vaginanya, namun ke dalam
duburnya. Rupanya gadis cantik itu ingin memberikan pelayanan anal seks
untuk pacarnya.
“Oooohh…!!!”, Rico berteriak merasakan penisnya
melesak masuk ke dalam pantat pacarnya tersebut. Jepitan dubur memang
berbeda dengan jepitan vagina. Sensasi yang ditimbulkannya pun jauh
berbeda. Sebuah variasi yang luar biasa dalam percintaan mereka saat
ini.
“Aaaahh… aaahh…”, Shelvi dan Rico sama-sama mendesah,
berteriak dan melenguh secara bergantian. Mereka seakan-akan lupa kalau
mereka kini sedang bercinta di kosan Reisha, dimana kemungkinan ada
penghuni kos yang akan mendengar teriakan mereka.
Reisha sendiri
kini nampak meraba-raba vagina dan klitoris Shelvi. Sejenak ia
membasahkan tangan kanannya dengan liur kemudian kembali melanjutkan
aktifitasnya mengobok-obok vagina Shelvi. Vagina Shelvi memang saat ini
sedang menganggur karena yang sedang sibuk menerima genjotan penis Rico
adalah duburnya. Sedangkan Rico yang terlihat begitu menikmati aksi
Shelvi yang terlihat turun naik di atas tubuhnya, kini sibuk pula
memainkan vagina Reisha yang juga menganggur dengan jari-jarinya.
Beberapa kali jari-jari tangan Rico menghujam-hujam masuk ke dalam
lubang vagina Reisha, sehingga membuat pemiliknya juga mendesah-desah
penuh kenikmatan.
Menerima genjotan penis di duburnya serta
permainan jari-jari Reisha di vagina dan klitorisnya, membuat Shelvi
terlihat segera akan mencapai klimaks. Dan benar saja tak lama kemudian
Shelvi melenguh kencang, menandakan pencapaian puncak permainan.
“Aaaakkhh…!!!”, lenguh Shelvi sambil mendongakkan kepala dan memejamkan
matanya.
Shelvi pun mencabut batang penis Rico dari dalam
vaginanya dan sejenak berbaring di ranjang menikmati sensasi kenikmatan
yang baru saja menderanya. Kesempatan ini digunakan Rico untuk kembali
menghujamkan batang penisnya ke dalam vagina Reisha. Laki-laki itu pun
membaringkan Reisha di ranjang dan dengan segera mengocok kembali lubang
kenikmatan milik gadis cantik tersebut. Kini Rico nampak semakin
kesetanan mengocok vagina Reisha, karena ia ingin betul-betul menikmati
saat-saat dimana ia bisa menyetubuhi sahabat pacarnya ini mumpung
dirinya masih memiliki kesempatan. Vagina Reisha seolah-olah menjadi
selingan yang begitu indah, diantara persetubuhan yang biasa ia lakukan
bersama Shelvi, pacarnya.
“Aaaahh…. Ahhh…”.
“Oooohh… ooohh…”.
“Sha… memiaw lu nikmat banget!”, rancau Rico.
“tongkol lu juga enak Ric”, balas Reisha.
Shelvi
yang saat ini sudah pulih dari deraan birahinya dan nampak memeluk
serta merabai tubuh Rico, cukup merasa cemburu mendengar kata-kata
pacarnya tadi. Namun Shelvi segera mengusir jauh-jauh perasaan tersebut,
karena baik pacar maupun sahabatnya ini kini sedang dilanda birahi
menjelang klimaks sehingga wajar kalau mereka mengeluarkan kata-kata
yang seronok.
“Ric… gue keluar… aaakkhh…!!!”.
Tubuh Reisha
nampak mengejang. Ini adalah klimaks pertamanya sejak putus dengan
pacar lamanya beberapa bulan yang lalu. Klimaks yang sangat
dinanti-nantinya. Klimaks yang terasa jauh lebih nikmat daripada saat ia
mencapai klimaks karena melakukan masturbasi.
Rico pun mencabut
batang penisnya dan membiarkan Reisha terbaring di ranjang menikmati
momen puncaknya. Rico yang kini berdiri di atas ranjang lalu memandang
sayu ke arah Shelvi yang sebelumnya telah mencapai klimaks terlebih
dahulu. Shelvi pun mengerti makna tatapan pacarnya tersebut. Ia pun
kemudian bersimpuh dihadapan Rico dan mulai memasukkan batang penis Rico
ke dalam mulutnya. Shelvi pun dengan telaten mengocok-ngocok penis Rico
dengan mulut dan jari-jari lentiknya. Rico yang sebelumnya memang sudah
hampir sampai di ujung klimaks, benar-benar menikmati kuluman pacarnya
tersebut.
“Vi, gue keluar nih!”.
Shelvi pun melepaskan
kulumannya dan hanya melakukan kocokan tangan pada batang penis Rico.
Kocokan tangan Shelvi nampak semakin kencang ketika Rico mulai
memejamkan matanya.
“Aaaahh…!!!”.
“Crroooot… crooot…
crooot…”, beberapa kali cairan sperma muncrat dari ujung penis Rico.
Cairan putih kental itu pun ditampung oleh Shelvi di dalam mulutnya.
Setelah
semprotan terakhir keluar, mulut Shelvi sudah dipenuhi oleh cairan
sperma pacarnya. Gadis cantik itu pun kemudian menelan cairan tersebut
sampai tetes terakhir. Lalu dengan telaten Shelvi kembali mengulum
batang penis pacarnya tersebut. Ia pun menjilati sisa-sisa sperma yang
masih menempel pada ujung kepala batang kokoh yang kini mulai mengendur
tersebut dan menelannya.
“Thanks ya Vi”, Rico ikut bersimpuh dan mendaratkan ciuman mesra bibir Shelvi.
Shelvi pun hanya tersenyum kecil.
“Gimana enak? Hehe…”, goda Shelvi.
“Enak banget!”, ucap Rico mantap.
Kemudian
Rico menatap ke arah Reisha yang masih tergolek telanjang di atas
ranjang. Ia hanya tersenyum melihat tubuh indah gadis cantik yang baru
saja ia nikmati kehangatannya tersebut. Kembali rasa cemburu mengalir di
dalam hati Shelvi melihat tatapan nanar pacarnya terhadap tubuh
sahabatnya. Dengan segera ia mengambil selimut dan menutup tubuh
telanjang Reisha. Seolah mengerti maksud yang tersirat dari tindakan
pacarnya, Rico pun kemudian mengajak Shelvi turun dari ranjang. Ia lalu
memeluk mesra tubuh telanjang pacarnya tersebut dan kemudian mencium
bibirnya mesra. Keduanya pun cukup lama saling mengulum bibir
masing-masing.
“Kita langsung cabut yuk”.
“Musti sekarang ya?”.
“Iya nih, klo nggak ntar terlambat lagi”.
“Hhhm… masih kangen!”, ucap Shelvi manja.
“Kan cuma 3 hari lagi, abis itu gue nggak perlu keluar kota deh, OK?”.
“OK deh”.
“Cium lagi dong”.
Keduanya
kembali berciuman mesra. Setelah itu Rico pun mengenakan kembali
pakaiannya sedangkan Shelvi sendiri hanya membalutkan handuk milik
Reisha guna menutupi ketelanjangan tubuhnya.
“Lo lu kok nggak pake pakaian? Kan gue harus nganter lu pulang dulu”, ucap Rico heran.
Shelvi
menggeleng. “Nggak usah deh, biar ntar gue pulang dianter Reisha aja,
kasihan ntar lu telat lagi kalo pake nganterin gue dulu”.
Sekilas
Shelvi melirik ke arah Reisha yang masih terbaring di ranjang. Entah
Reisha saat ini tertidur akibat kelelahan atau pura-pura tidur karena
tak ingin menganggu dirinya bersama Rico. Shelvi sama sekali tidak tahu.
“Ya udah kalo gitu, gue langsung cabut ya”.
“OK deh, ati-ati di jalan ya”.
“Ntar begitu landing gue telpon lu deh”.
“OK!”.
Lalu
Shelvi mengantar Rico sampai di depan pintu. Di luar suasana sudah
terlihat gelap, tidak seperti saat mereka berdua datang tadi. Rupanya
mereka bertiga cukup lama bermain cinta di dalam kamar. Mereka kembali
berciuman sampai akhirnya Shelvi melambaikan tangannya melepas kepergian
Rico. Shelvi lalu menutup pintu kamar kos tersebut. Gadis cantik itu
lalu beranjak menuju ranjang dan duduk di pinggirnya.
“Sha, lu tidur?”, Shelvi menyibak rambut Reisha yang menutupi wajahnya.
Reisha hanya menggeleng dari balik selimut.
“Kok dari tadi lu diem aja sih?”.
“Gue malu Vi”.
“Halah, kayaknya tadi kita udah ngebahas masalah ini deh”.
“Iya, tapi tetep aja gue malu”.
“Ya udah gini aja deh, kalo ntar lu udah punya cowok lagi, lu bagi juga ama gue jadi kita impas, gimana? Hehe”.
“Dasar! Gila lu ya!”.
Keduanya pun tertawa cekikikan.
“Udah ah, pake baju gih, trus anterin gue cari makan, gue laper banget nih!”.
Lalu
kedua gadis cantik itu pun membersihkan diri dan mengenakan pakaian
mereka kembali. Entah apa yang sebenarnya melintas di otak Shelvi ketika
mengajak Reisha melakukan threesome dengan pacarnya, namun yang jelas
semua pihak yang terlibat kini merasa bahagia. Shelvi bisa melepaskan
kangen dengan pacarnya Rico sekaligus memberikan “bonus” ekstra. Begitu
pula dengan Reisha yang “dahaga”-nya yang sudah lama tertahan akhirnya
bisa tertuntaskan dengan sempurna. Apa yang terjadi nanti biarlah
terjadi, yang penting kegilaan ini bisa membawa kenikmatan yang luar
biasa bagi mereka semua.
Tamat.
No comments:
Post a Comment